Sabtu, 15 Juli 2017

Kelangkaan "VAR" Sangat Merugikan!

Menurut Tribun Bali pada tahun 2015.
Sebanyak 1.327 ekor anjing di Buleleng, Bali, dieliminasi sejak April sampai Oktober 2015.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Buleleng, Wayan Susila mengatakan, eliminasi ini adalah bagian dari kontrol populasi anjing dalam penanggulangan rabies.
Kini estimasi anjing di Buleleng mencapai 80 ribu ekor.

Dari jumlah tersebut, 58.018 ekor anjing di seluruh wilayah Buleleng telah divaksinasi.
“Eliminasi ini adalah bagian dari kontrol populasi anjing, sedangkan untuk vaksinasi anjing semua desa di Buleleng sudah tercover,” ujarnya.
Sementara untuk jumlah Vaksin Anti Rabies (VAR) untuk hewan kini masih aman.
Jumlahnya mencapai 70 ribu vaksin.

“Dan November ini pusat akan kembali mengirimkan vaksin. Saya rasa vaksin untuk anjing tidak menjadi kendala, yang penting pemeliharaannya,” katanya.
Ia berharap agar masyarakat dapat lebih bertanggungjawab dalam memelihara anjing.
Satu di antaranya dengan melakukan vaksin sejak anjing itu dilahirkan.
“Kalau anjing nggak dipelihara dengan baik maka peluang untuk penyebaran rabies akan selalu ada. Kami berharap masyarakat bisa melakukan vaksin anjing terutama anak-anak anjing kan gampang, tinggal bawa di sini kita juga melayani, di semua kantor kecamatan juga menerima pelayanan vaksinasi anjing,” tuturnya. 

Tetapi apa yang terjadi ketika 2 tahun berselang?
Angka kasus gigitan HPR (Hewan Penularan Rabies) di Bali selama triwulan pertama 2015 relatif sangat tinggi di tengah kelangkaan VAR (Vaksin Anti Rabies) di beberapa daerah di Bali.
Dalam tiga bulan terakhir saja, di seluruh wilayah di Provinsi Bali sudah mencatat 9.133 orang yang tergigit hewan penularan rabies.

Sedangkan jumlah yang disuntikan VAR sudah sejumlah 8.242 orang.
"Angka tersebut memang relatif tinggi dibandingkan tahun lalu," ujar Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Gede W
ira Sunetra.
 
Bulan Maret ini pun terjadi kasus gigitan Anjing Rabies ini terjadi pada Selasa (28/2) lalu di Banjar Sarikuning, Tulungagung, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya.
Seekor anjing milik warga setempat, Made Nesa dilaporkan telah menggigit pemiliknya beserta 2 orang warga lainnya.
Anjing ini diketahui positif Rabies setelah dilangsungkan uji lab pada sampel otaknya di Balai Besar Veteriner Denpasar pada Rabu (1/3) keesokan harinya.
Beralih pada kasus gigitan kedua yang terjadi pada Sabtu (4/3) dan Minggu (5/3) di Banjar Pangkung Jelati, Desa Yeh Sumbul, Kecamatan Mendoyo. 

Saat itu, seekor Anjing Ras jenis Peking milik warga setempat yakni Luh Suryanti mati mendadak.
Sehari sebelumnya, anjing ini diketahui sempat menggigit 2 orang anggota keluarga pemiliknya serta 4 orang warga setempat lainnya.
Anjing Peking ini juga dinyatakan positif Rabies usai uji lab pada sampel otaknya yang dilangsungkan di Balai Besar veteriner Denpasar pada Senin (6/3) keesokan harinya.

 Ini lah perlu menjadi kecaman kepada seluruh elemen masyarakat agar saling bahu membahu agar semua proses yang telah direncanakan oleh pihak pemerintah berjalan sesuai, yang memiliki anjing diharapkan telah menyuntikan "VAR" atau "Vaksin Anjing Rabies" sejak anjing masih dini.

Sumber artikel : 
http://bali.tribunnews.com/2017/03/10/lagi-dua-kasus-gigitan-positif-rabies-kembali-ancam-2-desa-zona-merah
http://bali.tribunnews.com/2015/10/12/1327-anjing-di-buleleng-dieliminasi-sejak-april-2015
http://bali.tribunnews.com/2015/04/06/var-langka-9133-orang-di-bali-tergigit-hewan-penular-rabies
Sumber Foto :
http://cdn2.tstatic.net/bali/foto/bank/images/ilustrasi-rabies-22.jpg
https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2015/04/20/529633/670x335/cegah-rabies-ratusan-anjing-liar-disuntik-vaksin.jpg

0 komentar:

Posting Komentar